Jiwa yang kembali mekar di Islington, London...

Jiwa yang kembali mekar di Islington, London...
Photo by Pedro Bariak / Unsplash
Players don't win you trophies, teams win trophies, squads win trophies." - Tony Adams

Kutipan diatas dari salah satu legenda hidup arsenal yang terus bergema di kepala saya setiap kali menonton pertandingan arsenal. Selama hampir dua dekade, Arsenal Football Club, yang dulunya merupakan kekuatan besar dalam sepakbola Inggris, menemukan dirinya terjebak dalam paceklik gelar yang panjang. Sejak kemenangan terakhir mereka dalam Liga Primer pada musim bersejarah 2003-2004 di bawah kepemimpinan Arsène Wenger, klub tersebut kesulitan untuk mengulang kejayaannya di kancah domestik. Periode puasa gelar ini menguji kesabaran dan loyalitas penggemar Arsenal yang bersemangat, memunculkan seruan untuk perubahan di dalam klub.

20 tahun bukanlah waktu sebentar. Saya masih ingat terakhir kali melihat Arsenal juara masih berumur 15 tahun, nonton di tivi cembung yang gambarnya seringkali rebutan dengan iklan komersil. Sampai hari ini dimana semua hal rasanya sudah berubah, namun satu yang masih sama yaitu jumlah gelar EPL yang belum bertambah.

Di tengah frustrasi dan kerinduan akan kesuksesan, sebuah era baru dimulai dengan penunjukan Mikel Arteta sebagai manajer pada Desember 2019. Arteta, mantan pemain Arsenal dan murid dari Pep Guardiola, membawa visi segar dan keahlian taktisnya untuk menyegarkan tim. Meskipun mewarisi skuad yang dalam masa transisi dan menghadapi berbagai tantangan, Arteta tidak menyia-nyiakan waktu untuk menanamkan filosofi dan nilai-nilainya di Emirates Stadium.

Emirates stadium yang sempat dijadikan kambing hitam kegagalan Wenger mempersembahan gelar karena tumpukan hutangnya dan jiwa yang tertinggal di Highbury, perlahan mulai membentuk wibawanya sendiri.

Di bawah pimpinan Arteta, perjalanan Arsenal menuju penebusan mulai terwujud. Pelatih asal Spanyol tersebut menekankan kekokohan pertahanan, disiplin taktis, dan gaya permainan proaktif yang ditandai dengan transisi cepat dan pressing. Pendekatan teliti Arteta dalam pelatihan dan manajemen pemain mampu menyegarkan skuad, menanamkan rasa percaya diri dan ketahanan di antara para pemain. Emirates sekarang ini selalu penuh energi dan nyanyian tanpa henti. YESSSS!! inilah yang lama sekali tidak saya lihat sejak terakhir di Highbury. Tim ini bermain dengan jiwa yang menyatu dengan penonton. Seluruh element dalam tim menyatu seperti sepasukan tentara, tidak ada keraguan sedikitpun.

Saat Arsenal melanjutkan perjalanannya menuju merebut kembali statusnya sebagai kekuatan dominan dalam sepakbola Inggris, kepercayaan dan kesabaran para penggemar tetap teguh. Dengan Mikel Arteta di kursi kepelatihan, klub ini siap menulis bab baru kesuksesan, didorong oleh tekad, persatuan, dan pencarian tanpa henti terhadap kesempurnaan.

Mari kita lihat bersama - sama, apakah Arsenal akan melanjutkan puasa gelarnya atau jiwa - jiwa yang saat ini mulai bermekaran akan mekar sempurna di akhir musim khususnya di dalam benteng Emirates.

North London forever.