Sang raja terakhir

Sang raja terakhir
Photo by shahin khalaji / Unsplash

"Apres moi, le deluge."

Kutipan dari raja Prancis Louis XIV yang artinya "setelah saya, datanglah banjir", maksudnya beliau memprediksi tentang kehancuran yang akan terjadi setelah kematiannya, mengingat keadaan politik dan ekonomi Prancis yang rapuh pada akhir pemerintahannya. kalau di Jakarta, abis ganti gubernur biasanya sih banjir beneran si kadang selutut kadang sepinggang hehehe.. oke balik lagi, raja satu ini spesial karena doi berhasil mimpin Prancis dan berkuasa selama 72 tahun sebelum akhirnya mati secara alami. periode transisi setelah kematiannya memicu transisi politik dan sosial yang signifikan di Prancis yang cukup chaos.

oke yang mau gua bahas disini adalah mengenai kedigdayaan Guardiola beberapa musim terakhir dan keruntuhannya segera dan kemunculan dinasti baru yang dipimpin Arteta. Buat lo pada yang heran kenapa gambar diatas gak nyambung, sebetulnya gua cari gambar orang botak sebagai representasi Guardiola tapi kok gambarnya jadi mirip Ten Haag. bodo amat lah.

Guardiola join Manchester City di Juli 2016. dari 2016 sampai saat ini udah 4 piala EPL dan 1 piala liga champions dikekep doi. belom ditambah piala pialah ciki lainnya. gokil ya duit minyak. licin boss.. okelah pemain pemain terbaik bisa dibeli dengan mudah. tapi tetap aja perlu seorang jenius tactician buat meramu taktik biar bisa dominasi dunia. dan disinilah hebatnya doi. gua gak mau puji lebih dari ini. oke. tapi sehebat hebatnya suatu dominasi, gak ada yang bertahan selamanya. Nah disinilah gua mencium pergantian era yang berjalan cukup cepat. dimulai dari pelatih yang bau kencur ga ada pengalaman (katanya) dalam diri seorang Mikel Arteta, Arsenal diubah perlahan dari tim papan tengah menjadi skuat penantang serius untuk gelar EPL.

Energik, muda, hasrat gairah tinggi, jenius, cerdik, dan ganteng. itulah definisi pelatih Arsenal saat ini. liat saja selebrasi setiap tim nya mencetak gol.

Mikel Arteta, yang dulunya adalah murid Guardiola, membawa pengalaman berharga dari bekerja sebagai asisten pelatih di bawah naungan Guardiola di Manchester City. Namun, sebagai manajer Arsenal, Arteta telah mencoba mengukir jalan kariernya sendiri dengan membawa visi dan gagasannya ke dalam klub London Utara itu. Pendekatannya yang taktis, perhatian terhadap detail, dan fokus pada kedisiplinan telah memperlihatkan tanda-tanda potensi besar.

Pertarungan antara Guardiola dan Arteta tidak hanya menjadi tentang persaingan di lapangan, tetapi juga tentang ideologi dan filosofi sepakbola. Sementara Guardiola telah mapan sebagai salah satu pelatih terbaik di dunia, Arteta bertekad untuk menunjukkan bahwa dia juga memiliki bakat dan kualitas untuk sukses di panggung utama.

Musim 2023/2024 masih berjalan, dimana Arsenal ada di peringkat ke 3 dengan selisih maksimal 3 poin dengan City. peluang juara masih terbuka lebar. kegagalan juara musim lalu lebih disebabkan cederanya Saliba dan beberapa pilar utama menjadi cambuk untuk musim ini. Head to head terakhir jelas terlihat keunggulan taktik arteta mampu membuat guardiola kewalahan. Hanya soal waktu singa tua akan tunduk dan menyerahkan tampuk pimpinan ke singa muda yang siap berkuasa.

Noth London forever.